Senin, 01 Maret 2021

Perjalanan Melarikan Luka

 


Tayang di http://www.takanta.id/2021/03/ulas-buku-perjalanan-melarikan-luka.html

 

Judul           :   I Love View

Pengarang  :   Azzura Dayana

Penerbit      :   Indiva Media Kreasi

Cetakan      :   Pertama, Januari 2021

Tebal           :   232 halaman

ISBN            :   978-623-253-027-0

Harga           :   Rp 65.000,00

 

Apakah waktu bisa menyembuhkan luka hati yang menganga karena ditikam rasa? Dapatkah bentang jarak mengobati dada yang lebam membiru lantaran dihantam pengkhianatan?

Sonia, gadis muda yang tidak menyukai bunga. Bukan phobia. Berbilang kali, segala yang bersalut keindahan, justru menyakitinya: perempuan cantik yang menggeser posisi ibu di bilik kesetiaan ayah; gadis rupawan yang tidak hanya merenggut teman-teman kantor, tapi juga calon suami; persahabatan tulus platonik yang terpecah-belah. Sonia tidak percaya lagi kepada paras dan sikap menawan. Cantik dan baik itu omong kosong! Hanya alat untuk memperdaya!

“Kata siapa bunga itu indah? Bunga itu … pisau yang membunuh!” (halaman 17).

Sonia berkemas: mundur dari pekerjaan, pamit dari lingkar pertemanan. Dia bergegas melarikan kaki juga hati ke negara tetangga; Singapura, Malaysia, berharap lubuk rasa yang kian compang-camping dapat ditambal secara perlahan.

Namun kenyataan kembali melenceng dari harapan. Masa lalu dengan segala kepahitannya yang dia kira tertinggal di belakang, malah merangsek ke hadapan, menggoyang kedamaian yang susah payah dibangun. Ujian berikut menyusul: kecelakaan dan penjambretan. Kejadian beruntun itu akhirnya memaksa Sonia menghadapi masa lalu dan—terutama—menghadapi diri sendiri.

“Kalau pun kamu belum bisa memaafkan sekarang, kamu bisa memberitahukan bahwa kamu akan memaafkan mereka pelan-pelan secara bertahap. Terkadang, ada hal-hal baik yang terhalang jalannya karena kita menutup pintu-pintu lainnya. Pintu maaf. Pintu silaturahmi. Jangan sampai jalan itu terlalu lama menunggumu. Kalau terlalu lama, jalan itu akan tertutup belukar, semakin menyemak, dan tak beraturan.” (halaman 146).

 


Kandungan utama novel yang diganjar Special Award Kompetisi Menulis Indiva 2020 ini adalah motivasi bagi pembaca muda untuk berani menghadapi ujian rasa—apapun ragamnya. Tidak mengapa memberi jarak sejenak antara diri dengan masalah, tapi bukan berarti meninggalkannya sama sekali.

Ganjalan berarti dalam novel ini: tokoh Seon, sahabat lama Sonia yang didaku sebagai pemuda Korea, entah kenapa tidak meyakinkan menyandang predikat sebagaimana tersebut. Dia seperti pemuda Indonesia selayaknya: pola pikir, cara bertutur, maupun sikap. Demikian pula Hilyah, keturunan bangsawan Arab Saudi, berkewarganegaraan Malaysia. Tidak ada lanjaran kuat, selain sekadar label, yang dapat meneguhkan pembaca betapa dia memang benar-benar layak dipercaya sebagai gadis gurun pasir berkebangsaan Negeri Jiran.

Untunglah dari segi pelukisan tempat dan suasana—seperti Geylang dengan PSK yang berlalu-lalang menjaring pelanggan (halaman 11-23), Melaka dengan bentang landmark Masjid Terapung Selat Melaka, Benteng A Famosa, istana kesultanan Melayu (halaman 60-73), dan Wetlands Park di Putrajaya dengan danau, padang rumput, dan burung-burung flamingo (halaman 138-1490—terasa amat meyakinkan. Ini dapat dimengerti, sebab pengarang secara nyata memang telah menjelajah lokasi-lokasi yang dia paparkan—sebagaimana terungkap dalam jejak foto di akun Instagram pribadinya @azzuradayana maupun menurut pengakuannya sendiri dalam bedah buku ini yang dilangsungkan secara virtual (14/2/2021).

 



*Thomas Utomo, guru SD Negeri 1 Karangbanjar, Purbalingga, Jawa Tengah. Pekerjaan sampingan lainnya adalah penulis serabutan di banyak media massa, editor perempat waktu, dan pedagang toko kelontong. Dapat dihubungi lewat nomor 085802460851 dan surel utomothomas@gmail.com.