Jumat, 12 Juni 2020

Novel Anak Bersudut Pandang Banyak



Judul           :     Tibu, Kucing Kesayangan Syifa
Pengarang   :     Amalia Dewi Fatimah dan Haya Nayla Zhafirah
Penerbit       :     Indiva Media Kreasi
Cetakan       :     Pertama, Maret 2019
Tebal           :     144 halaman
ISBN           :     978-602-495-088-0

Novel ini adalah karya duet ibu-anak asal Probolinggo. Isinya menceritakan tentang Syifa, seorang anak SD yang ingin memelihara kucing. Tapi, keinginan itu sulit terlaksana, karena Ayah dan Ibu melarang.
Kendati mendapat larangan, Syifa tidak putus asa. Dia gigih mewujudkan keinginannya.
Secara keseluruhan, novel ini menyajikan konflik sederhana yang niscaya mudah dicerna anak-anak. Klimaks dan leraiannya pun mudah, membuhul kepada ujung yang menyenangkan.

Kaitannya dengan tugas orang tua dan guru untuk menyediakan bacaan berkualitas bagi anak-anak, novel ini dituturkan menggunakan lima sudut pandang secara bergantian, yakni sudut pandang Syifa, Bunda, Bude, Ayah, dan Tibu. Mungkin tampak rumit, namun sebetulnya tidak. Justru, dengan penggunaan sudut pandang yang banyak itulah pembaca anak-anak dapat diasah nalar, logika, serta kemampuan mencerna secara adaptif saat membaca bab demi bab yang penceritanya silih-berganti.
Dalam bab-bab bersudut pandang Syifa, anak-anak diajak berpikir dan memposisikan diri sebagai seseorang yang berkeinginan besar memiliki hewan peliharaan. Sementara dalam bab-bab yang dituturkan Bunda, anak-anak dapat memahami dilema seorang ibu antara memenuhi keinginan anak dan mematuhi keputusan suami. Sedangkan dalam bab-bab dengan sudut pandang Ayah, anak-anak bisa mengerti alasan-alasan sang kepala keluarga melarang anaknya memelihara hewan.
Hal yang perlu dicatat serta diberi garis bawah adalah, dalam bab-bab yang dituturkan Syifa dan Tibu, pengarang menggunakan point of view (PoV) aku atau orang pertama. Sedangkan bab-bab yang disampaikan Bunda, Bude, dan Ayah, menggunakan PoV dianama orang.
Dampaknya, pembaca anak-anak mampu menghayati nilai keakuan atau personalitas Syifa dan Tibu. Anak-anak secara lebih mudah menjelma menjadi kedua tokoh ini. Seolah-olah Syifa dan Tibu adalah diri mereka sendiri—pembaca anak-anak.
Sementara ketika membaca bab-bab dari sudut pandang Bunda, Bude, dan Ayah, dampak psikologis yang bisa dirasakan anak-anak adalah adanya jarak antara mereka sebagai pembaca dan para tokoh cerita. Anak-anak dapat memahami argumentasi ketiga orang dewasa ini, namun segi keintiman rohani kurang didapat, disebabkan penggunaan sudut pandang yang telah disebutkan, tadi.
Catatan penting berikutnya, dalam bab-bab bersudut pandang Syifa dan Tibu, cara penuturannya lebih sederhana, layaknya pola pikir anak-anak. Sedangkan bab-bab yang bersudut pandang Bunda, Bude, dan Ayah, tidak. Meski bukan berarti bab-bab bersudut pandang ketiga orang dewasa ini terbaca rumit alias sulit dicerna anak-anak. Yang jelas, jika dicerna perlahan, terasa rentang perbedaan daya ungkap dua golongan tersebut.
Namun, sudut pandang tiap-tiap bab yang sengaja dibuat silih berganti, mungkin membuat fokus pengarang—saat menulis—agak meleset. Misalnya, dalam halaman 99, paragraf keenam. Di sana, digunakan PoV orang ketiga, padahal seharusnya PoV orang pertama. Untungnya, kekeliruan semacam itu, tidak banyak dan tidak mengganggu proses membaca.
Terakhir, sebagai informasi, pada Desember 2019 silam, novel ini diganjar Pena Award dari Forum Lingkar Pena Wilayah Jawa Timur.

*Thomas Utomo adalah guru di SD Negeri 1 Karangbanjar, Purbalingga.
Selain menggeluti profesi guru, juga menekuni kegiatan tulis-menulis. Karyanya, baik fiksi maupun nonfiksi, dipublikasikan di sejumlah media lokal dan nasional antara lain Annida, Buletin Jejak, Derap Perwira, Fatawa, Halo Nanda, Koran Jakarta, Kreasi, Nikah, Potret, Radar Banyumas, Sang Guru, Satelit Post, Serambi Ummah, Story, dan Suara Muhammadiyah.
Buku-bukunya yang telah terbit adalah Petualangan ke Tiga Negara (Indiva Media Kreasi, 2018), Cerita dari Asrama Tentara (Bitread, 2017), Lepas Rasa (Loka Media, 2017), Aku Bukan Gay (Loka Media, 2016), Misteri Nenek Pemuntah Darah (Pro U Media, 2016), Catatan dari Balik Jendela Sekolah (Elex Media Komputindo, 2015), dan Hikayat Tanah Beraroma Rempah (Pustaka Puitika, 2015).
Untuk antologi bersama, karyanya hadir di Kembang Glepang (Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Banyumas, 2018), Bunga Rampai Pemenang Lomba Karya Tulis Fiksi Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Banyumas, 2017), dan Creative Writing (Sekolah Kepenulisan STAIN Press, 2013).
Novelnya Petualangan ke Tiga Negara masuk nominasi Buku Islam Terbaik, Kategori Fiksi Anak pada ajang Islamic Book Award 2019 yang dihelat Ikatan Penerbit Indonesia. Cerpennya Lelaki Kata-Kata meraih Juara I Lomba Cerpen Islamic Fair 2018 Tingkat Barlingmascakeb. Sedang cerpennya berjudul Sesungging Senyum Maria menjadi Juara I Lomba Karya Tulis Fiksi Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2017 Tingkat Kabupaten Banyumas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar